Pabelan Media Online
  Sivitas
 

Protes ke Fakultas, Organisasi di FKI Sepakat Vakum

 

Sudah sekitar dua bulan ini organisasi kemahasiswaan di FKI (Fakultas Ilmu Komunikasi Dan Informatika) yang terdiri atas BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa), Fotografi dan yang lainnya sepakat untuk fakum, sebagai akibat ketidakpuasaan mereka terhadap pihak Fakultas.

 

Menurut Desti selaku pimpinan BEM FKI membenarkan hal tersebut, “Kami sepakat membekukan organisasi kemahasiswaan untuk sementara waktu (meskipun tidak secara formal), biar  pihak fakultas mengerti terhadap keluhan mahasiswa”, Ujarnya. Desti menambahkan bahwa tindakan ini dilakukan karena kesepakatan bersama dan akibat dari kekecewaan terhadap pihak fakultas, baik ruangan BEM yang belum juga diberi fasilitas atau pun LPJ (Laporan Pertanggung jawaban) Dana PPA (Pengenalan Program Akademik) dan Dana keakraban mahasiswa baru yang belum juga clear.

 

Sementara itu pihak Fakultas sendiri, oleh Sekretaris Dekan Drs Joko Sutarso MSi menanggapi berbeda, sebenarnya tidak ada masalah antara mahasiswa atau Organisasi kemahasiswaan dengan pihak Fakultas itu sendiri. Hanya saja dirinya menekankan bahwa kevakuman yang terjadi mungkin karena terganjal masalah LPJ dana PPA dan Dana keakraban mahasiswa baru, oleh pihak panitia PPA  yang belum secara resmi diberikan kepada Fakultas. Sehingga terkesan ada pemaksaan antara pihak Fakultas dengan panitia PPA (organisasi kemahasiswaan FKI, red), padahal semua itu ada prosedurnya. “Apalagi saya sudah berulangkali meminta LPJ tersebut kepada panitia, tetapi alasannya belum juga jadi” Ujar Joko. Joko menambahkan agar masalah ini tidak berkepanjangan, maka dia berencana untuk memanggil panitia PPA tersebut dan menyelesaikan duduk permasalahannya.

 

Namun Ragil Rofi’I selaku bendahara (panitia PPA, red) menyatakan bahwa dirinya mengklaim telah menyerahkan Laporan Pertanggung jawaban Dana PPA dan Dana keakraban mahasiswa baru tersebut, dirinya tidak mau berkomentar panjang lebar ketika ditemui koran pabelan ditempat yang terpisah. (Acep).


Pintu Masuk Perpustakaan Otomatis


Rabu (7/11), Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mulai mengujicobakan pintu masuk baru yang menggunakan sistem buka dan tutup secara otomatis. Menurut rencana pintu masuk baru ini akan mengantikan pintu masuk  yang lama yang di anggap kurang efektif, demikian dijelaskan oleh Suyadi salah seorang petugas Perpus bagian komputer.

“ Pintu masuk baru ini baru mulai dioperasikan hari ini (7/11,-red) sehingga masih kelihatan belum rapi, karena masih dalam tahap uji coba maka pintu yang lama belum ditutup. Jika nanti hasilnya bagus maka pintu lama akan ditutup dan seterusnya menggunakan pintu baru tersebut “ ujar Suyadi.

Menurut pria yang akrab disapa Pak yadi tersebut, alasan penggantian dari pintu masuk yang lama menjadi pintu masuk otomatis ini dikarenakan beberapa hal. Pertama, untuk membuat sistem antrian sebelum masuk ke Perpus karena pintu akan terbuka untuk satu orang mahasiswa.

Kedua, untuk penghitungan statistik jumlah mahasiswa Perpus, jumlah mahasiswa yang datang setiap harinya akan dicatat oleh komputer sehingga nanti bisa ketauhan siapa saja yang aktif datang ke Perpus.

Dan yang ketiga, untuk alasan keamanan karena pintu otomatis baru akan dapat terbuka jika seorang mahasiswa menunjukkan kartu Perpus dan dapat dibaca oleh detektor Barcode sehingga mahasiswa yang tidak memiliki kartu Perpus tidak akan dapat masuk karena pintu otomatis tidak akan dapat terbuka.

 

Harus ada sosialisasi

Dari pengamatan Koran Pabelan di depan pintu masuk tersebut masih nampak beberapa mahasiswa yang bingung untuk masuk ke Perpus, hal ini dikarenakan mereka ada yang belum mengetahui jika pintu masuk diganti dengan pintu baru yang agak lebih ke selatan dan ada pula beberapa yang bingung cara untuk dapat membuka pintu tersebut.

Iwan setyawan salah seorang pengunjung Perpus menggungkapkan, dirinya sempat bingung ketika akan masuk, hal ini disebabkan pintu yang lama ditutup sementara dipintu baru tidak ada petugas penjaga.

“ Saya tadi sempat bingung waktu mau masuk Perpus, kebetulan pas saya mau masuk petugas penjaga pintu tidak ada sehingga saya tidak tau bagaimana cara membuka pintu itu. Dan beberapa pengunjung lain saya lihat juga kerepotan ketika kartu Perpus mereka sulit terbaca oleh detektor Barcode hal ini menyebabkan pengunjung dibelakangnya menunggu terlalu lama “ tutur Iwan.

Iwan menambahkan, sebaiknya ada sosialisasi terlebih dahulu dari pihak perpus terkait adanya pintu masuk baru tersebut dan juga petugas penjaga pintu harus ada setiap saat untuk mengantisipasi pengunjung yang kesulitan masuk. (Di2k)


Kurangnya Koordinasi antara LPID dengan IMM Warnai Test Baca Al-Qur’an.

Test Baca Al-Qur’an untuk Mahasiswa Baru (Maru) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang diadakan pada hari Sabtu (01/09) dirasakan kurang nyaman oleh peserta. Hal ini terjadi karena kesalahpahaman antara Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas (IMM F) UMS selaku pihak yang mengurusi agenda tersebut. Pasalnya data yang diberikan oleh pihak LPID kepada pengurus IMM fakultas tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan pada waktu pelaksanaan tes baca Al-Quran. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang anggota IMM Fakultas Ekonomi, Fathul Huda, kesimpangsiuran data dalam pelaksanaan dikarenakan kurangnya koordinasi dari pihak LPID kepada pendamping (IMM F) dalam melaksanakan kegiatan ini. “Data peserta yang kami terima tidak sesuai dengan kenyataan. Data yang saya pegang ini berbeda dengan data yang dibawa oleh penguji, banyak adik maru yang tidak mendapatkan kelas tetapi adapula seorang adik maru mendapatkan dua kelas yang berbeda pada saat yang sama. Hal ini benar-benar terjadi di Fakultas Ekonomi, secara pribadi saya kurang tahu dengan fakultas lain”, ujarnya. Menurut Huda pihaknya sempat mengkonfirmasi hal ini kepada pihak LPID. Namun keterangan yang dia peroleh mengenai ketidakseragaman data antara pihak pendamping (IMM,-red) dengan pihak penguji (LPID,-red) adalah hanya misscommunication saja.

Di tempat yang berbeda saat ditemui Koran Pabelan, Kepala LPID UMS, Drs. Najmuddin Zuhdi, M.Ag., mengklarifikasi tentang hal ini. Zuhdi menjelaskan bahwa data yang tidak sama tersebut terjadi karena data peserta, baru diterima oleh LPID pada Jum’at malam (31/08) dan cukup banyak pula maru yang telat mendaftar. “Pada hari Kamis (30/08) telah dilakukan rapat koordinasi antara penguji dan pendamping, tetapi pendamping yang menghadiri rapat tersebut kurang dari 50 % dari undangan yang telah disebar. Selain itu banyak data peserta uji baca Al-Qur’an yang tanpa nomor, ini cukup merepotkan kami dalam menetukan pembagian ruang kelas bagi maru tersebut. Inilah yang menjadi kendala kami dalam pembagian kelas”, tuturnya. Disinggung mengenai tujuan dari kegiatan ini menurut Najmuddin, adalah untuk mengelompokkan peserta yang akan mengikuti mentoring bagi maru agar dapat dikoordinasi lebih baik.”Tetapi secara keseluruhan, uji baca Al-Qur’an kali ini berjalan dengan baik dan lancar, kalaupun ada sedikit masalah itu hal yang wajar”, tambahnya lagi. (Look m@n)

 

UMS mendapat sambutan meriah di Malang

Satu tim yang beranggotakan Gu­nawan (D200 050 027), Ahmad Firdaus (D200 060 002), Setyo Rohadi (D200 030 041) yang dikirim oleh UMS untuk mengikuti Exibhition Energy Alternative di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Senin-Kamis (27-30/8) mendapat sambutan yang meriah dari peserta seusai mempresentasikan karya meraka tentang rekayasa Cell tenaga surya untuk pemanfaatan sumber listrik bagi gardu kereta api. Menurut Setyo Rohadi, salah satuh anggota tim yang ditemui Koran Pabelan seusai pulang dari Malang Jumat (31/8), para peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang berasal dari beberapa universitas di Indonesia mengaku salut terhadap hasil penelitian timnya, meskipun sederhana menurut peserta hasil penelitian tersebut akan memeliki banyak manfaat untuk dunia Perkereta Apian Indonesia kedepanya. Peserta pun menyarankan agar hasil temuanya tersebut segera didaftarkan untuk mendapatkan Hak Patent. Bahkan beberapa media masa lokal mengatakan siap untuk mempublikasikan temuanya agar mendapat perhatian dari pemerintah terutama PT. KAI (Kerata Api Indonesia).

Lebih jelas Setyo mengatakan bahwa penelitian yang meraka lakukan (Timnya, -red) sangat sederhana karena hanya memanfaatkan tenaga surya dan mengubahnya menjadi tenaga listrik sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi untuk menggerakan palang rel, menyalakan lampu bahkan televisi. ”Keunggulan lain alat kami juga terdapat pada penempatan cell (Alat pengubah tenaga matahari menjadi tenaga listrik) yang kami letakkan di atap gardu sehingga tidak memakan banyak tempat dan alat ini dapat digunakan di daerah yang tidak ada gardu listriknya ” tegas Setyo. Namun, Setyo memendam sedikit kekecewaan kepada panitia acara, pasalnya dalam undangan disebutkan bahwa ajang tesebut merupakan lomba tapi sesampainya di Malang (Unibra,-red) mendadak berubah menjadi ajang pameran tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. ”Panitia bilang kalau lomba diganti dengan pameran dengan alasan terlalu banyak kegiatan, padahal kalau melihat penelitian yang telah dipresentasikan oleh universitas lain kami yakin bisa menang ” tambahnya lagi. (Di2k)

 
  Today, there have been 234619 visitors (961720 hits) on this page!  
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free