Pabelan Media Online
  Universiter
 

Simposium Internasional Dengan Jerman

 

 

Masih berkaitan dengan acara peringatan harijadi UMS ke-49, pada akhir bulan November 2007 tepatnya pada Rabu-Kamis (28-29/11), bertempat di Auditorium Djazman Alkindi akan dilaksanakan Simposium Internasional  bekerjasama dengan pemerintah Jerman dengan tema “The Myth Of Clash Of Civilization Toward Partnership : Building A Culture Of Peace “.

Menurut Toharudin selaku ketua Panitia, dalam simposium tersebut akan menghadirkan tokoh-tokoh nasional sebagai pembicara seperti Amien Rais (Mantan Ketua MPR RI), B.J Habibie (Mantan Presiden RI), Hasyim Muzadi (Ketua PBNU), Baron Paul Von Maltzahn (Duta besar dari Jerman ) serta beberapa rektor dan mantan rektor dari perguruan tinggi negeri dan swata daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Lebih lanjut Toha menjelaskan, karena pada acara tersebut undangan terbatas pada rektor, gubernur, politisi dan dari kalangan tertentu maka, bagi mahasiswa UMS yang berminat mengikuti acara tersebut untuk menghubungi panitia.

“ Karena jumlah tamu undangan dibatasi dan hanya dari kalangan tertentu, maka bagi mahasiswa UMS yang berniat mengikuti acara ini, harap menghubungi panitia yaitu di Pusat Studi Kawasan UMS yang terletak di Base man perpustakaan pusat atau menghubungi ke nomor telepon (0271) 717417 Ext 440 “ Ujar Toha. (Di2k)

 


Mahasiswa FKIP Dilarang memakai Jeans

 

Ada sedikit pemandangan berbeda ketika melihat para mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) akhir–akhir ini. Banyak diantara mereka yang sedikit merubah gaya berpakaiannya. Mereka mulai menanggalkan busana jeans yang biasanya begitu melekat bagi sebagian besar mahasiswa FKIP. Perubahan seperti ini terjadi dikarenakan merebaknya isu akan diberlakukannya peraturan tentang tidak diperbolehkannya memakai semua jenis pakaian berbahan jeans bagi mahasiswa FKIP, baik pria maupun wanita. Menurut isu yang berkembang, peraturan tersebut sebagai prasyarat mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) sehingga jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan tersebut sanksinya adalah tidak diperbolehkannya mengikuti ujian. Sebenarnya isu ini bukan hanya sekedar isu  saja, karena banyak dosen yang sudah mensosialisasikan tentang peraturan tersebut.
“ Itu belum peratuan tetapi baru wacana saja, sehingga tidak ada sanksi jika melanggarnya” Tutur Drs. A. Muhibbin, M.Si. selaku wakil dekan III FKIP ketika dimintai keterangan tentang isu tersebut oleh Koran Pabelan, Rabu (07/11). Meskipun baru wacana, peraturan tersebut sudah mulai disosialisasikan melalui spanduk–spanduk dan pengumuman secara lisan oleh dosen.
Menurut Muhibbin, ini dimaksudkan karena sebagai mahasiswa FKIP yang notabenenya sebagai calon pendidik, seharusnya memakai pakaian yang pantas sebagai seorang pendidik yaitu pakaian yang rapi, sopan dan menutupi aurat. “Menjadi seorang guru itu tidak bisa instan semua butuh proses, salah satunya untuk mendidik calon guru adalah bagaimana berbusana yang baik, yaitu busana yang rapi, sopan dan menutupi aurat. Sedangkan jeans itu ketat sehingga sebagai calon guru terlihat kurang sopan jika berbusana dengan ini.” tuturnya.

Silang pendapat
Walaupun masih berupa wacana namun pelarangan pemakaian jeans ini sudah menimbulkan banyak silang pendapat dari kalangan mahasiswa. “Celana jeans yang dipakai buat kuliah terkesan terlalu santai dan kebanyakan yang dipakai cewek maupun cowok itu ketat sekali, sehingga lekuk tubuh mereka terlihat. Pakaian seperti itu tidak cocok bagi calon pendidik.” Ungkap salah satu mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris kepada Koran Pabelan yang menolak disebutkan namanya. Lain halnya dengan Indri, mahasiswi jurusan Matematika yang justru menolak hal tersebut. “Saya tidak setuju kalo mahasiswa FKIP diwajibkan memakai rok, karena terlalu ribet, lebih enak memakai celana jeans, kan lebih fleksibel dalam beraktivitas” ujarnya.
Adanya pertentangan terhadap rencana peraturan tersebut, ternyata sudah disadari dan dimaklumi oleh para pimpinan di FKIP. “Kami tidak ingin membuat kebijakan yang sifatnya frontal, sehingga menimbulkan dampak negatif. Hal itu tidak bagus, sehingga suatu saat mahasiswa yang tidak memakai jeans sudah bukan keterpaksaan lagi” tutup Muhibbin. (Vik@)


Geografi tetap mini
m peminat

 Minat terhadap Maru (Mahasiswa Baru) terhadap Fakultas Geografi Univeritas Muhammadiyah Surakarta tahun ini agaknya masih sama seperti tahun-tahun ajaran sebelumnya, pasalnya dari tahun ke tahun peminat  Fakultas Geografi semakin menurun.

“Hal tersebut terjadi karena faktor ekstern dan intern,“ ujar Drs.Yuli Priyana Msi saat ditemui Koran Pabelan, Kamis (24/8) selaku Dekan Fakultas Geografi. Lebih jelas Yuli mengatakan faktor ekstern yang salah satunya berupa pengembangan sayap oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sehingga calon mahasiswa baru lebih memilih tawaran dari PTN tersebut (persaingan ketat-red). Kemudian faktor intern yang paling dominan yaitu tergesernya Fakultas Geografi oleh program studi lain yang diangap lebih menjamin ke depannya dan juga variasi program studi lain yang dari tahun ke tahun semakin beragam ataupun baru.

Menurut Yuli promosi yang dilakukan oleh pihaknya sudah berjalan optimal dan lancar mulai dari promosi ke Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) se-karesidenan Surakarta ataupun melalui iklan di surat kabar, namun langkah tersebut kurang bisa dipetik hasilnya atau kurang manjur dalam upaya meningkatkan peminat calon mahaiswa baru terhadap geografi.(Acep)


 

Kurikulum Baru Psikologi Tuntut Dunia Kerja

Dalam era dunia global sekarang ini diharapkan instansi-instansi pendidikan mampu dan menciptakan lulusannya untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang menginginkan SDM yang sangup terjun dan siap untuk bersaing dengan ketrampilan dan sklil yang bagus. Seperti halnya dengan Fakultas Psikologi UMS yang sudah akan merevisi kurikulum dan menyesuaikan  kurikulumnya dengan tuntutan dunia kerja sekarang ini, sementara program tersebut telah  dibahas dalam acara loka karya yang di laksanakan pada Rabu (15/8) demikian dijelaskan Dekan Fakultas Psikologi UMS Susatyo Yuwono, M.Si.,.

“Diadakannya  revisi kurikulum dengan tujuan menyesuasikan kurikulum kita dengan tuntutan dunia kerja, harapannya lulusan lebih mudah bersaing di tempat yang lain” ujar lelaki yang akrab disapa Yoyok ini. Untuk pola pelaksanaannya apakah akan merubah seluruh kurikulum yang sebelumnya “ Sistem masih sama dengan yang dulu dan perkuliahan tidak ada perubahan dan kita berharap lebih banyak untuk praktek atau dengan model terapan dari beberapa teori dengan harapan ketrampilan dan skill mahasiswa lebih meningkat ” tambahnya. Menurut Yoyok untuk pelaksanaan kurikulum baru ini akan dimulai pada tahun ajaran 2008/2009 dengan asumsi kurikulum baru yang diterapkan di semester ganjil  tidak efektif dan lebih baik pada semester genap.(Noe)

 

 

 

 

 
  Today, there have been 234768 visitors (962214 hits) on this page!  
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free